Beranda | Artikel
Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 138 - 140
Rabu, 9 Januari 2019

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 138 – 140 adalah kajian tafsir Al-Quran yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Kajian ini beliau sampaikan di Masjid Al-Barkah, komplek studio Radio Rodja dan RodjaTV pada Selasa, 17 Rabbi’ul Tsani 1440 H / 25 Desember 2018 M.

Kajian Tafsir Al-Quran: Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 138 – 140

Allah ta’ala berfirman dalam Surat Al-Baqarah Ayat 138:

صِبْغَةَ اللَّـهِ ۖ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّـهِ صِبْغَةً ۖ وَنَحْنُ لَهُ عَابِدُونَ ﴿١٣٨﴾

Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada Allah? Dan hanya kepada-Nya-lah kami menyembah..” (QS. Al-Baqarah[2]: 138)

Shibghatallah (celupan Allah). Apa yang dimaksud dengan celupan disini? Sebagian ulama mengatakan yang dimaksud dengan shibghatallah artinya agama Allah. Sebagian mengatakan bahwa disebut sibghah karena adanya luzum  (lengket). Seperti baju yang dicelup, maka warnanya jadi lengket. Namun kata Syaikh Utsaimin rahimahullah, dua penafsiran ini tidak bertabrakan. Karena agama Allah subhanahu wa ta’ala itu memberikan warna pada seseorang. Orang yang berpegang kepada agama, maka ia akan terlihat dari tingkah lakunya, dari akhlaknya, dari pakaiannya. Ketika seseorang betul-betul berpegang kepada agama Allah subhanahu wa ta’ala, maka itu akan mewarnai hidupnya. Sehingga ia terwarnai.

Dan adakah yang lebih baik shibghahnya dari Allah subhanahu wa ta’ala?” Kata Syaikh Utsaimin, pertanyaan disini maknanya peniadaan. Artinya tidak ada celupan yang paling baik daripada celupan Allah subhanahu wa ta’ala, tidak ada agama yang paling baik dari agama Allah subhanahu wa ta’ala. Bagaimana tidak? Karena agama Allah yaitu Islam mengandung maslahat-maslahat yang luar biasa untuk kehidupan manusia dan menghindari mafsadah-mafsadah. Orang yang memikirkan tentang agama Islam, ia akan dapatkan bahwa Islam ini sesuatu yang luar biasa sekali. Tidak ada maslahat kecuali Allah pasti perintahkan, tidak ada sesuatu yang mudharat kecuali pasti Allah larang. Allah berfirman:

إِنَّ اللَّـهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ …

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan…” (QS. An-Nahl[16]: 90)

Kata Syaikh ‘Abdurrahman Asy-Sya’di, ayat ini mengandung kaidah yang sangat agung sekali. Berarti semua yang sifatnya manfaat diperintahkan oleh syariat. Dan semua yang sifatnya mudharat, maka dilarang dalam syariat. Dan apabila maslahat dan mudharatnya bertemu, kita lihat.

  • Kalau ternyata maslahatnya jauh lebih besar daripada mudharatnya, maka itu diperintahkan.
  • Kalau mudharatnya jauh lebih besar daripada maslahatnya, maka itu dilarang.
  • Kalau maslahat dan mudharatnya seimbang, maka kata para ulama tinggalkan. Ada sebuah kaidah mengatakan bahwa kalau kita tidak bisa meninggalkan sesuatu yang dosa atau mudharat kecuali dengan meninggalkan yang manfaat atau maslahat, ya sudah tinggalkan semuanya.

Makanya kalau kita perhatikan, saudaraku sekalian, agama Islam ini luar biasa sekali. Tidak ada perkara yang kecil kecuali sudah diatur oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sampai-sampai ada orang musyrikin datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan dia berkata:

لَقَدْ عَلَّمَكُمْ نَبِيُّكُمْ كُلَّ شَيْءٍ حَتَّى الْخِرَاءَةَ

Sungguh Nabi kalian telah mengajarkan kepada kalian segala sesuatu hingga urusan buang hajat?

Bayangkan, cara buang air saja sudah dijelaskan. Bagaimana yang lebih penting dari itu? Maka adakah agama yang lebih baik daripada agama Islam? Wallahi tidak ada. Bagi orang yang mempelajarinya, ia akan dapati Islam itu luar biasa. Orang yang menganggap Islam itu sesat, keras, akibat mereka tidak pernah mau belajar Islam. Mereka nggak mau memperdalam Islam. Mereka cuma mendengar, katanya orang Islam itu suka ngebom. Mereka ngelihat Islam dari pelaku-pelakunya yang salah. Katanya orang Islam itu suka maling sendal di masjid, katanya, katanya, padahal jangan kita menilai Islam dari pelakunya, tapi lihat Islam itu dari ajarannya.

Kalau dikatakan umat Islam banyak yang ngebom. Kalau dibanding-banding, siapa yang lebih dahsyat diperang dunia pertama, diperang dunia ke dua, jutaan manusia mati. Siapa yang ngebunuh? Di Hiroshima dan Nagasaki ratusan ribu bahkan jutaan orang yang mati, siapa yang melakukan? Disetiap agama pasti ada terorisnya, tapi itu kan pelaku. Kenalilah Islam dari ajarannya. Fahami, pelajari Al-Qur’an dan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun aneh, dikalangan kaum muslimin sendiri ada yang menganggap Islam itu keras, itu akibat dari pada hari mereka selalu mengikuti hawa nafsu dan syahwat. Yang mereka fikirkan hak mereka saja, kesenangan syahwat mereka saja. Padahal kalau mereka fikirkan baik-baik, kenapa sih Allah melarang ini? Kenapa Allah melarang itu? Apa sih maslahat-maslahat dibalik itu semua? Ketika mereka mendapatkan kenapa Allah melarang zina? Dia pelajari betul-betul apa mudharat zina untuk masyarakat, untuk kehidupan dan yang lain? Luar biasa.

Kenapa sih Allah melarang riba? Orang yang mempelajari tentang riba, kenapa Allah sampai melarang riba? Dan ternyata riba itu hakekatnya memakan harta manusia dengan tanpa hak. Tapi dengan cara yang sangat lembut sekali. Ia akan dapati bahwasanya sumber kebangkrutan itu riba, di mana-mana.

Kalau orang mempelajari kenapa Allah melarang judi? Kenapa Allah melarang ini dan itu? Ia akan dapati sebetulnya kalau ia menggunakan akal-akal warasnya. Kenapa musik diharamkan? Orang yang hanya sebatas mengikuti syahwat, dia akan merasa heran. Tapi orang yang berakal, dia akan berpikir. Coba lihat orang yang main musik itu, mana ingat kepada Allah? Kalau pun juga menyebut nama Allah, tetap saja terhalang oleh musik-musik tersebut. Tidak menimbulkan rasa takut kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Bahkan mudharatnya lebih besar.

Walaupun tentunya ada juga larangan-larangan atau perintah-perintah yang terkadang kita tidak memahami karena akibat kurangnya ilmu kita. Misalnya, kenapa sih Rasulullah melarang isbal? Tidak boleh melebihi mata kaki? Mudzaratnya apa? Memang sampai detik ini mungkin para ahli kesehatan belum menemukan, karena mungkin sampai saat ini belum ada penelitian tentang masalah itu. Coba kalau diadakan penelitian. Kenapa sih isbal itu diharamkan? Ada apa? Apa mudharatnya dan yang lainnya? Kalau kita umat Islam, walaupun kita belum tahu apa mudzaratnya, kewajiban kita sami’na wa atha’na. Yakini saja bahwa semua perintah Allah pasti maslahat, semua larangan Allah pasti mudharat. Yakini itu. Islam ini luar biasa.

Simak pada menit ke – 10:53

Simak dan Download MP3 Kajian Tafsir Al-Quran: Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 138 – 140


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/46394-tafsir-surat-al-baqarah-ayat-138-140/